Sumber: Possessed Photography
Belakangan ini, teknologi AI kembali menghebohkan industri musik global. Tepatnya pada 2 Februari lalu, lagu Now and Then milik kuartet legendaris, The Beatles, berhasil meraih penghargaan Grammy Awards untuk kategori Best Rock Performance. Penghargaan ini menjadi momen bersejarah lantaran Now and Then merupakan salah satu lagu yang melibatkan bantuan teknologi AI. Dalam proses produksinya, teknologi AI dimanfaatkan untuk memisahkan dan meningkatkan kualitas vokal mendiang John Lennon dari arsip rekamannya pada tahun 1970-an.
Selain itu, penghargaan ini juga mengukuhkan eksistensi teknologi AI dalam industri musik sebagai alat inovatif yang mampu merevolusi proses produksi musik. Namun, sebenarnya apakah bantuan AI dapat menciptakan peluang baru atau justru malah mengkudeta para kreator musik? Ini membuka perdebatan mengenai potensi AI dan batasan kreativitas manusia dalam industri ini.
Peran AI dalam Industri Musik Saat Ini
Dalam memproduksi musik, teknologi AI melakukan tugasnya dengan cukup baik di beberapa tahap. Mulai dari komposisi, pengolahan suara, hingga mastering, semuanya digarap berdasarkan algoritma yang dimilikinya sehingga mampu menawarkan efisiensi dalam proses produksi. Dengan bekal data dan pola musik yang ada, AI mampu menciptakan melodi, harmoni, bahkan lirik yang justru kini dapat menjadi inspirasi bagi para musisi.
Jika melihat kondisi dan fakta di lapangan, Ditto Music Research dalam laporannya berjudul “60% of Musicians are Already Using AI to Make Music" mengungkapkan tingginya pemanfaatan AI dalam produksi musik oleh musisi independen yang hampir menyentuh angka 60% pada tahun 2023. Temuan ini juga menunjukkan bahwa popularitas teknologi AI dalam komunitas musisi independen terus meningkat dan diprediksi akan menguasai pangsa pasar industri musik modern hingga 50% pada tahun 2030.
Kondisi ini mencerminkan bagaimana adopsi AI yang semakin masif oleh para kreator musik. Dengan efisiensi yang ditawarkan, sulit untuk mengabaikan jasa gratis teknologi ini, terutama bagi musisi independen yang ingin mengurangi biaya produksi. Namun, hal ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana teknologi ini akan berdampak pada pekerjaan dan peran manusia dalam industri musik di masa depan.
Dampak AI pada Musisi dan Industri Musik Modern
Dengan sejumlah benefit yang ditawarkan, penggunaan teknologi AI dalam proses produksi musik kini tidak lagi harus bergantung pada studio profesional dan peralatan mahal. Pemanfaatan AI yang efisien juga mampu menekan biaya produksi dan mempercepat proses produksi lagu sehingga mampu memberikan lebih banyak peluang bagi musisi untuk bersaing di pasar musik. Bantuan teknologi AI juga dapat memberikan ruang bagi para musisi untuk lebih jauh mengeksplorasi batasan-batasan baru dalam penciptaan sebuah karya musik.
Namun, layaknya dua sisi koin, isu ini juga memiliki tantangan dan kekhawatiran yang perlu dipertimbangkan. Salah satu kekhawatirannya adalah potensi pengurangan peran manusia dalam proses kreatif. Spekulasi bahwa teknologi ini akan mengambil alih beberapa aspek produksi musik semakin menguat. Jika hal ini terjadi, musisi mungkin akan terancam kehilangan kontrol terhadap aspek-aspek kreatif yang memberi warna dan keunikan dalam karya mereka.
Hal ini juga berpotensi mengubah struktur dan dinamika industri musik modern yang telah ada, di mana AI sebagai ‘mesin’ berkesempatan untuk mengambil peran lebih besar daripada manusia. Jika AI semakin dominan, tidak menutup kemungkinan akan terjadinya pergeseran dalam cara musik diproduksi, dipasarkan, dan bahkan dikonsumsi oleh pendengar.
Apakah Kita Harus Khawatir Akan Keberadaan AI dalam Industri Musik Modern?
Wajar jika hal ini menimbulkan kekhawatiran, terutama oleh sebagian musisi mengingat kemungkinan akan hilangnya unsur kreativitas manusiawi dalam penciptaan sebuah karya musik. Namun, sudah sewajarnya sebagai manusia untuk mampu beradaptasi sekaligus berkompetisi dengan melihat fenomena ini sebagai sebuah momentum untuk menunjukkan integritas kesenian kita.
Jika AI mampu menciptakan musik dengan genre yang cenderung komersial, maka manusia juga dapat mengambil kesempatan untuk lebih menonjolkan keunikan dan kedalaman ekspresi manusia dalam karya mereka, yang tidak sepenuhnya bisa digantikan oleh mesin.
Karena sejatinya kreativitas dan emosi yang tertuang dalam musik ciptaan manusia akan tetap memiliki nilai diferensiasi yang mampu memikat pendengar. Sehingga pada akhirnya, alih-alih menggantikan peran musisi secara penuh, teknologi AI seharusnya bisa dipandang sebagai alat penunjang proses kreatif. Keberadaan AI ini sekaligus dapat memotivasi musisi untuk mengeksplorasi potensi tak terbatas dalam seni musik sambil tetap menjaga esensi manusiawi yang ada di dalamnya.
0 Comments