Tidak ada manfaatnya selebrasi berlebihan di media sosial
dengan kata-kata heroic. Fans Manchester United perlu mengenal tentang istilah loyalitas
Manchester United merupakan salah satu tim yang punya fans
kawakan. Solidnya bukan main. Kita bisa lihat meriahnya media sosial jika MU
menang dan ramainya pagelaran nobar saat MU berada di Liga champion dan masuk
final. Walapun terakhir kali kita lihat suasana ini pada 2008 sebelum MU puasa
gelar.
Tapi, paling tidak ini jadi gambaran euphoria fans MU yang tak
bisa di ragukan lagi loyalitasnya. Mereka adalah garda terdepan untuk
meramaikan kemenangan Manchester United.
Pasca menang 3-1 melawan sang pemuncak klasemen Arsenal pada Minggu (4/9/2022). Fans MU bak kesurupan membanjiri seluruh media sosial dengan #gloryMU. Mulai dari tweet “Puncak klasemen mana suaranya?” hingga story Whatsapp “Segini doang?”.
Bahkan, tagar #GloryMU sempat trending di jagat twitter. Kemanangan
besar ini memang perlu dirayakan dengan fenomenal. Tak cukup hanya dengan haha
hihi dan secangkir kopi. Sekali lagi, lagu glory Man. United berkumandang di
seluruh Instagram story lengkap dengan gambar skor hasil pertandingan.
Sejauh ini, Manchester United masih berada di posisi ke 5
klasemen sementara dibawah Arsenal, Man. City, bahkan Tottenham. Walaupun tak
terlalu buruk, ini tentu performa yang belum di harapkan dari fans.
Kembalinya sang legenda CR7 kedalam squad tak membuat MU
diatas angin. Nyatanya hingga masuk pekan ke 6 Premiere League, Ronaldo belum
juga mencetak gol sama sekali. Usia memang tak pernah bohong.
Jangan Tanya Loyalitas pada Fans MU
Di awal musim, Maguaire sempat menjadi bahan bullying karena
dianggap tak becus berada di lini belakang Manchester United. Ia kerap kali
membuat kesalahan yang justru membahayakan gawang sendiri. Bahkan, beberapa
kali blunder Maguaire di manfaatkan menjadi gol.
Keterpurukan ini tentu membuat fans MU jadi geram. Banyak
sekali fans yang merayakan ketidakpuasannya dengan membuat meme Maguaire. Fans kawakan
jelas tak sudi melihat tim nya kalah. Support dalam bentuk apapun akan
diberikan agar tim kesayangan menang. Termasuk dengan membuat meme sebagai
bentuk protes
Bagi saya, sepak bola memang harus dirayakan seperti itu.
Menggebu-gebu agar panas dan mengundang adrenalin. Kalau tim menang, harus
dirayakan di media sosial. Kalau kalah, harus segera di protes (baca: support).
Kita memang bisa belajar banyak tentang makna loyalitas dari fans MU.
Seorang teman yang merupakan fans MU garis keras pernah
berkata kepada saya, “Kalau MU menang itu rasanya kayak nemu duit di kantong
pas akhir bulan, seneng banget”. Saya yang tak terlalu fanatik cuma bisa
tersenyum sambil garuk-garuk kepala.
Memang seperti ini seharusnya sepak bola di rayakan. Tugas
kita sebagai fans hanya selebrasi saat menang, dan jaga ucapan saat tim favorit
kalah. Ini sudah menjadi iklim fans yang ada di belahan dunia manapun.
Ingat, jaga ucapan bukan berarti bungkam. Kita tetap perlu
mengeluarkan tweet support dan meme kritik bagaimanapun keadaannya. Walaupun kalah
dari tim papan bawah sekalipun. Ini baru loyalitas fans yang sebenar-benarnya. Bukan
fans yang hanya posting saat MU menang.
Saya jadi ingat kata sastrawan Joko Pinurbo “Sekecil apapun
rejeki, harus dirayakan dengan secangkir kopi”. Nah bukannya kekalahan juga
termasuk rejeki? Setidaknya rejeki untuk evaluasi agar tak kalah lagi di
pertemuan selanjutnya.
Semoga kedepan fans-fans tim lain bisa meniru bagaimana
militannya fans MU ini. Sungguh suri tauladan yang baik.
0 Comments